TUBERKULOSIS SAPI

By Admin Web 16 Okt 2018, 15:41:51 WIB Artikel
TUBERKULOSIS SAPI

TUBERKULOSIS SAPI

 

A.  Pendahuluan

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dari genus Mycobacterium. Sebagai penyakit menular, tuberkulosis sudah dikenal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu, ditemukan tanda menciri dari penyakit ini pada tulang mumi Mesir kuno. Robert Koch, antara tahun 1882-1884 berhasil memperlihatkan agen penyebab pada jaringan berpenyakit melalui pewarnaan, kemudian menumbuhkannya secara murni pada medium dan membuktikan sifat kepenularan penyakit ini pada hewan percobaan.

Selain menyerang berbagai jenis hewan, tuberkulosis sapi juga menular kepada manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tuberkulosis sapi termasuk kedalam salah satu penyakit zoonosis penting yaitu penyakit yang dapat menyerang baik ke hewan maupun manusia yang perlu  diwaspadai.

 

B.  Penyebab

Tuberkulosis adalah penyakit menular bersifat menahun yang disebabkan oleh bakteri dari genus Mycobacterium. Agen penyebab tuberkulosis pada manusia, sapi dan unggas, semula dikenal berturut-turut dengan nama Mycobacterium tuberkulosis (human type), M.tuberkulosis (bovine type) dan M.tuberkulosis (avian type). Kemudian diketahui, bahwa ternyata ketiganya memiliki sejumlah perbedaan baik dalam sifat-sifat pertumbuhan maupun patogenisitasnya pada hewan laboratorium, maka sehubungan dengan hal tersebut  dapat dibedakan 3 tipe tuberkulosis dengan agen penyebabnya masing-masing sebagai berikut. Tuberkulosis manusia (human type tuberculosis), dengan agen penyebab M.tuberculosis, tuberkulosis sapi (bovine type tuberkulosis), dengan agen penyebab M.bovis dari tuberkulosis unggas (avian type tuberculosis), dengan agen penyebab M.avium.

 

Bila penyakit berlanjut, maka hewan sakit akan menunjukkan gejala batuk dengan kelenjar limfe di daerah kepala dan ususnya membesar (beberapa kali lipat dari ukuran normal) yang dapat dilihat dan diraba, serta kondisi tubuh penderita yang sangat kurus (emasiasi).

 

C.   Spesies Rentan

Sapi merupakan inang sejati tuberkulosis sapi. Selain sapi, ternak kambing dan babi, juga rentan terhadap serangan tuberkulosis. Sedangkan sejumlah hewan lain seperti kerbau, onta, jenis rusa, kuda, bison dan berbagai satwa liar baik yang hidup di alam bebas (seperti harimau, singa, leopard) maupun yang hidup terkurung dalam kebun binatang (seperti bangsa kera), juga anjing dan kucing, semuanya dapat terserang tuberkulusis. Bangsa unggas (burung) dapat tertular dan menjadi sumber infeksi bagi ternak sapi yang ada di dekatnya. Di Selandia Baru, possums (Trichusurus vulpecula) dan di lnggris badgers (Meles meles) merupakan satwa-satwa liar setempat yang diketahui berpotensi besar dalam penyebaran tuberkulosis baik bagi kawanan sapi di Inggris maupun bagi kawanan sapi dan domba lokal di Selandia Baru.

 

D. Cara Penularan

  1. Penularan melalui saluran pernafasan (per inhalasi), dengan terisapnya M.bovis yang dikeluarkan bersama udara ketika penderita bernafas, yang kemudian mencemari udara dalam kandang (droplet infection) oleh hewan sehat yang berada di dekatnya.
  2. Penularan melalui saluran pencernaan makanan (per ingesti), dengan termakannya M.bovis yang terdapat pada pakan atau air minum tercemar oleh hewan sehat yang ada di sekitar hewan tertular.

 

E. Distribusi Penyakit

Tuberkulosis sapi terdapat hampir di seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia. Di banyak negara, tuberkulosis sapi merupakan salah satu dari sekian banyak masalah penting pada peternakan sapi, terutama pada sapi perah. Namun, di negara maju tertentu, pada beberapa di antaranya, seperti di Denmark, Luksemburg, Norwegia, Swedia dan Swiss dan juga di negara kecil tertentu, seperti di Gabon, Siprus, Suriname dan Papua Nugini, tuberkulosis sapi memang bukan masalah lagi karena negaratersebut sudah berhasil memberantasnya atau karena di negara tertentu tadi penyakit tuberkulosis sapi memang tidak ditemukan.

Di Indonesia, tuberkulosis sapi termasuk salah satu penyakit hewan menular yang wajib dilaporkan dengan segera, bila mengetahui keberadaannya. Tuberkulosis sapi pertama kali dilaporkan oleh Penning pada tahun 1905 terjadi pada Perusahaan Susu di Semarang, Jawa Tengah. Lebih lanjut dilaporkan oleh Penning, bahwa dari 303 ekor sapi perah yang diuji tuberkulin (Penning menggunakan tuberkulin impor dari Jerman), pada waktu itu ditemukan oleh Penning 3 ekor sapi reakctor tuberkulosis. Seekor reaktor di antaranya, adalah sapi jantan, setelah ditelusuri sejarahnya diketahui bahwa seekor dari sapi perah impor dari Australia. Sejak itu, tuberkulosis sapi mulai diperhatikan dan banyak dilaporkan oleh berbagai Dinas Peternakan Daerah di Jawa. Seperti diketahui, pada sekitar tahun akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19 Pemerintah Kolonial Belanda melakukan pengimporan sapi perah, seperti Friesian Holstein (FH), baik dari negeri Belanda maupun dari Australia.

 

F. Gejala klinis

Pada hewan, gejala Klinis tuberkulosis dapat bervariasi, hal itu tergantung pada dimana lesi yang berupa bungkul atau tuberkel itu tersebar dalam organ tubuh penderitanya. Dalam banyak hal, gejala klinis tuberkulosis sapi yang menciri kurang terlihat atau tidak mudah diamati, bahkan pada sapi dengan tahap lanjut banyak organ terserang. Pada awal serangannya, banyak sapi yang tidak menampakkan gejala klinis, penyakit tuberculosis sapi biasanya berlangsung menahun (kronis), meskipun tidak selalu demikian halnya.

Pada sapi, kuda, domba dan kambing, penyakit dapat bersifat akut dan progresif, menyerang banyak organ tubuh. Sapi sakit terlihat kondisi badan menurun, dengan bulu-penutup yang bervariasi mungkin kasar atau mungkin lembut. Bila paru-paru terkena, maka terjadi bronkopneumoni yang ditandai dengan terdengarnya batuk serta kesulitan bernapas (dyspnoea) akibat pembesaran kelenjar limfe bronkial yang menekan jalan pernapasan. Bila penyakit berlanjut, maka terlihat membesarnya kelenjar limfe (beberapa kali lipat dari ukuran kelenjar normal) yang ada pada daerah kepala dan leher. Bahkan kadang-kadang kelenjar yang membesar itu sampai pecah dan mengeluarkan isinya. Isi kelenjar, limfe yang keluar  ini mengandung agen penyebab yang bersifat infektif.

liar dan pada hewan liar penghuni kebun binatang. Pada hewan dengan teknik radiologi seperti pada manusia mendiagnosa tuberkulosis tidak lazim dilakukan, kecuali pada kera dan domba/kambing

Catatan: Menyadari akan bahaya penularan M.bovis k e pada manusia maka petugas laboratorium diagnostik harus mewaspadai bahwa tuberkulosis sapi besifat zoonosis, sehingga  segala pekerjaan yang menyangkut pemrosesan spesimen tuberkulosis harus dilakukan dalam suatu alat yang disebut biohazard cabinet, dapat memberi perlindungan bagi petugas terhadap bahaya kemungkinan penularan dari spesimen yang sedang dikerjakannya.

 

G. Pengendalian

Pada dasarnya pengendalian tuberkulosis sapi pada kelompok ternak sapi meliputi langkah-langkah seperti berikut :

1.  Mendeteksi adanya tuberkulosis dan mengeluarkan sapi reaktor dari kelompok;

2.  Mencegah penyebar luasan infeksi dalam kelompok;

3.  Mencegah masuknya kembali penyakit ke dalam kelompok.

Mengingat pemberantasan tuberkulosis sapi pada suatu negara memerlukan waktu yang lama (tergantung antara lain pada prevalensi penyakit) dan dana yang besar, maka hal-hal berikut ini harus menjadi perhatian :

  1. Menyiapkan satu pengorganisasian pemberantasan (dari tingkat pusat sampai daerah) yang handal.
  2. Memberi penyuluhan seluas-luasnya kepada masyarakat (terutama peternak sapi) dan pihak terkait lainnya akan manfaat, tujuan pemberantasan dan peran serta aktif mereka.
  3. Mengetahui lebih dahulu prevalensi penyakit pada daerah yang akan melaksanakan program pemberantasan.
  4. Menentukan metode pemberantasan yang tepat, menetapkan kriteria, termasuk menghitung besar uang kompensasi bagi sapi yang harus diafkir.
  5. Melakukan evaluasi kemajuan program yang dicapai serta mengatasi berbagai kendala yang muncul.



Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment