Rabies Kucing

By Admin Web 15 Okt 2018, 14:44:38 WIB Artikel
Rabies Kucing

Keterangan Gambar : Rabies


Rabies

 

Penyakit rabies yang juga disebut Lyssa, Hydophobia atau penyakit anjing gila, merupakan penyakit menular akut, bersifat fatal bagi penderitanya, yang disebabkan oleh virus neurotropik dengan sasaran akhirnya pusat susunan syaraf, otak dan sumsum tulang belakang, dari hewan berdarah panas dan manusia.

Selain anjing dan anggota familia Canidae, kucing dan Felidae lainnya, dan kera, hewan lain misalnya sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan manusia telah dilaporkan telah dilaporkan terjangkit oleh virus rabies.  Hewan lain misalnya serigara, rubah, coyote, jakal, kelelawar, dan vampire juga dapat terinfeksi dan menjadi resevoir virus.

 

  1. Kejadian Penyakit

Rabies merupakan salah satu penyakit menular tertua yang dikenal manusia.  Di Indonesia pada tahun 1884 seekor kuda telah digigit anjing dan menderita rebies, anjing dan kerbau dilaporkan pada tahun 1889.  Kejadian pada orang untuk pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1894.  Satu abad kemudian tepatnya pada tahun 1985 di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terjangkir wabah rabies yang menyebabkan kematian 5 orang.

Pada akhir tahun 2005 di Provinsi Maluku Utara, Pulau Flores dan Pulau Komodo terjadi wabah Rabies. Belasan orang telah meninggal dunia dan usaha pemberantasannya dilakukan dengan vaksin anti rabies yang dilakukan secara massal.  Puluh ribu dosis vaksin sudah digunakan untuk maksud tersebut.

 

 

  1. Penyebab

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdiviridae, genus Lyssa.  Virus berbentuk peluru, atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut, pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid di bagian tengah, memiliki membran selubung (amplop) di bagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah.  Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4 – 5 nm.

Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70%, yodium, fenol, dan kloroform.  Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50%.  Pada suhu 600C virus mati dalam waktu 1 jam, dan dalam penyimpanan kering beku (freeze-dried), atau pada suhu 40C dapat tahan selama beberapa tahun.   

 

  1. Penularan

Rabies ditularkan lewat saliva penderita yang mengandung virus, dan terjadi karena gigitan. Luka terbuka di kulit atau mukosa, dapat pula menjadi pintu masuk penularan virus. Secara aerogen, virus dapat menulari lewat mukosa pernafasan atau mata bila udara mengandung virus. Penularan secara trans-plasental juga mungkin terjadi.

 

 

 

 

  1. Gejala-gejala

Masa inkubasi rabies pada anjing 10 – 15 hari, dan pada hewan lain 3 – 6 minggu.  Masa inkubasi kadang berlangsung sangat panjang 1 – 2 tahun. Gejala yang ditimbulkan pada semua hewan hampir sama, termasuk kucing, dengan bentuk ganas dan tenang.

Pada bentuk ganas, penderita tampak gelisah, tidak tenang, atau curiga terhadap sekitarnya. Anjing jadi mudah marah, suka bersembunya, menyendiri, menjauhi sinar matahari dan suara. Apabila dipanggil tidak segera bereaksi.  Kadang-kadang penderita berjalan tanpa tujuan, menggaruk-garuk, disertai menyalak dan kadang-kadang juga meraung. Semua itu bisa terjadi pada stadium prodromal, yang menandai iritasi pusat syaraf sedang dimulai. Stadium selanjutnya dimulai dengan hilangnya nafsu makan, menggigit apa saja, dan biasa benda yang dikunyah ditelan. Gangguan syaraf mulai jelas ditandai dengan kesulitan menelan karena adanya paresis daerah mulut. Air liur keluar lebih banyak, hipersalivasi, terutama karena kesulitan menelan air liur. Keberingasan mulai terlihat dan anjing berlari kian kemari, menggigit apa saja, terutama benda bergerak. Mata memperlihatkan kecurigaan yang berlebih, dan hewan menjadi agresif. Stadium demikian sering dikenal dengan stadium ganas. Kelumpuhan syaraf dialami oleh lidah, hingga terjulur, dan sering berdarah karena tergigit. Hewan meraung memperdengarkan suara panjang yang tidak keras, karena kelumpuhan syaraf di kerongkongan.

Kelumpuhan lebih lanjut terjadi 3 – 4 hari kemudian, terlihat dari terbukanya mulut, lidah terjulur, dan penglihatan kabur. Hewan mulai berjalan sempoyongan, ekor menggantung diatara kedua kaki belakang, dan diikuti dengan ketidakmampuan berdiri atau bangun, roboh dan akhirnya mati. Proses klinis biasanya berlangsung selama 7 – 14 hari.  Kematian penderita disebabkan oleh over exercise dari otot-otot dan organ-organ tubuh, tanpa ada pemasukan energi.  Dehidrasi yang sangat menyebabkan hilangnya kesadaran, selain serangan di otak juga menyebabkan paralisis organ-organ vital, jantung, paru-paru, dan ginjal.

Kadang-kadang penderita rabies lain juga memperlihatkan jejak “gila tenang” (dumb) dengan diawali kelesuan, setelah 3 – 4 hari mendadak berubah seperti gila dan kemudia mati.  Pemilik mungkin tidak segera menduga kalau anjingnya menderita rabies.  Bagi pemilik dan pemeriksa wajib curiga, terutama di daerah rabies, bila menjumpai anjing yang berkelakuan aneh, apabila suka menggigit atau menyerang.

Hewan yang dalam observasi karena menggigit orang maupun hewan lainnya, sering dalam keadaan ”Gila” menggigit apa saja, termasuk dinding kandang, pagar, atau obyek lainnya.  Perubahan kelakuan demikian terjadi karena rangsangan yang hebat pada pusat syaraf, dan hewan melakukan tanpa sadar. Anjing penderita rabies tidak harus takut air seperti halnya pada manusia.

 

  1. Terapi

Untuk kasus rabies tidak dianjurkan untuk mengobati.

 

  1. Pencegahan
  • Untuk anjing dilakukan tindakan vaksinasi pada anak anjing berumur 3 – 4 bulan dan diulang 3 – 4 minggu kemudian dan booster pada saat berumur 12 bulan. 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment