Mengenal Aktivitas Reproduksi Ternak Sapi

By Admin Web 07 Okt 2018, 13:28:19 WIB Artikel
Mengenal Aktivitas Reproduksi Ternak Sapi

Saat ini Indonesia masih belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (mandiri) dalam hal pemenuhan kebutuhan ternak / daging sapi. Pemenuhan kebutuhan tersebut, secara nasional, masih perlu dilakukan impor baik dalam bentuk ternak bakalan maupun daging. Kondisi ini tidak ideal bagi kedaulatan pangan di Indonesia, yang merupakan bagian dari harapan pemerintahan saat ini sebagaimana tertuang dalam Program Aksi Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla. Secara ekonomi, impor ternak dapat merugikan karena akan menguras devisa negara yang cukup besar, sedangkan dampaknya bagi peternak akan menghancurkan perekonomian peternak dan menghambat peningkatan pendapatan peternak dalam negeri.

Terhadap tantangan tersebut diatas, maka menuntut Pemerintah RI untuk mendorong adanya percepatan pertumbuhan populasi ternak sapi secara Nasional. Sehingga mampu mengejar keseimbangan antara permintaan akan ternak /produk ternak sapi dengan ketersediaan ternak dalam negeri. Hal ini sangat mungkin dicapai mengingat potensi yang dimiliki oleh Indonesia, baik berupa potensi sumber daya alamnya maupun sumber daya manusia yang dimiliki.

Dalam rangka mencapai kemandirian (swasembada) ternak/daging sapi (sebagai salah satu bagian dari kedaulatan pangan), maka Pemerintah RI melalui Kementerian Pertaniannya, pada tahun 2017 ini telah memulai melaksanakan suatu upaya khusus, yang dikenal dengan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB). UPSUS SIWAB adalah kegiatan yang terintegrasi untuk percepatan populasi sapi dan kerbau secara berkelanjutan dengan mendorong pertumbuhan kelahiran sapi/kerbau di Indonesia. Secara praktis, Program UPSUS SIWAB adalah upaya pemerintah agar ternak sapi yang ada di peternak/masyarakat dapat optimal bereproduksi (bunting dan menghasilkan anak/keturunan), melalui pelayanan reproduksi serta pelayanan penanganan gangguan reproduksi ternak sapi di masyarakat maupun pelayanan lainnya.

Guna mencapai keberhasilan yang diharapkan dari program ini, maka unsur pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengelola ternaknya merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan. Pengetahuan mendasar yang perlu dipahami oleh peternak sapi dalam rangka mengelola usaha budidaya ternaknya, adalah bagaimana memahami aktivitas reproduksinya. Kemampuan memahami aktivitas reproduksi ternak sapi ini akan membantu peternak agar lebih efisien dalam mengelola ternaknya, yaitu dalam hal mengambil tindakan terhadap kondisi reproduksi ternak yang mereka kelola atau dikenal dengan istilah “Manajeman Reproduksi Ternak”.

  1. aktivitas reproduksi pada kondisi normal, akan menuntun peternak untuk mampu menganalisa dan mengambil tindakan terhadap permasalahan kondisi reproduksi yang tidak normal, atau paling tidak mampu memberi informasi yang lengkap dan akurat kepada petugas teknis yang melayani, sehingga penanganan gangguan reproduksi yang ditemui dilapangan dapat lebih tepat dan efektif untuk ditangani oleh petugas lapangan (yaitu : dokter hewan maupun petugas pelayanan reproduksi lainnya).

Berikut ini hal-hal mendasar yang perlu dipahami peternak sapi dalam mengelola ternaknya berkenaan dengan aktivitas reproduksi ternak sapi.

1. Pubertas

  • Pubertas adalah keadaan dimana pertama kalinya organ reproduksi ternak sapi mampu menghasilkan sel kelamin (yaitu sel telur /Ovum untuk ternak betina, dan sel Spermatozoa untuk jantan).
  • Pubertas pada ternak betina ditandai dengan : Terlihat untuk pertama kalinya ternak betina menunjukkan tanda-tanda birahi (estrus) dan terjadi ovulasi
  • Pubertas pada ternak jantan ditandai dengan : Keadaan dimana ternak jantan sudah dapat melakukan ereksi dan ejakulasi semen
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi Pubertas : Umur ternak, Berat badan, Lingkungan Sosial (dicampur dengan lawan jenis cenderung lebih cepat), Pakan (jika pakan jelek, maka pubertas tertunda), Kesehatan.
  • Umur Pubertas : Pubertas pada ternak sapi umumnya (normalnya) dicapai saat ternak berusia 8 – 13 bulan
  • Bobot badan saat Pubertas pada ternak Sapi : 160 – 270 kg
  • Catatan : Saat Pubertas ini sebaiknya ternak betina belum dikawinkan, sebab secara pertumbuhan tubuh dan organ reproduksinya belum sempurna sehingga belum siap dikawinkan. Perkawinan ternak sapi betina sebaiknya dilakukan pada saat ternak telah mencapai dewasa tubuh (pertumbuhan tubuh dan organ reproduksi telah maksimal/sempurna) yaitu pada umur + 2 tahun.

2. Birahi (estrus) dan Siklus Estrus

  • Birahi (estrus) adalah kondisi dimana ternak sapi betina siap atau bersedia dikawini oleh pejantan dengan disertai gejala yang khas. Birahi ini memiliki siklus, yang disebut dengan istilah Siklus Birahi atau Siklus Estrus.
  • Siklus Birahi (Estrus) adalah waktu antara periode Estrus, atau interval antara timbulnya satu periode estrus/birahi ke permulaan periode birahi berikutnya. Siklus Estrus pada ternak Sapi adalah : 18 – 24 hari (rata-rata 21 hari)
  • Ciri-ciri/gejala khas birahi :
  • Gejala awal birahi adalah ternak akan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti : Gelisah, sering melenguh, Nafsu makan menurun, menaiki sapi lainnya dan apabila dinaiki oleh ternak lain ternak birahi akan tetap diam/tenang
  • Pada organ kelamin luar akan terlihat : Kemerahan, bengkak, mengkilap dan terasa hangat (dikenal istilah 3A : abang, abuh, anget), serta keluar leleran lendir yang jernih

 

 

 

  • Foto Ciri-ciri Estrus (Birahi) ternak sapi,yaitu keluarnya leleran lendir jernih pada organ kelamin luar yang merupakan salah satu gejala khas birahi pada ternak sapi.
  • Pada masa birahi inilah akan terbentuknya ovum (sel telur) yang siap untuk dibuahi, sehingga apabila terjadi perkawinan maka sel telur akan dibuahi oleh sel spermatozoa yang selanjutnya akan terjadi proses Kebuntingan.
  • Catatan : Saat yang tepat dilaksanakan perkawinan pada ternak (baik secara Inseminasi Buatan maupun Kawin Alam) adalah + 10 jam setelah ternak menunjukkan gejala birahi.

 

3. Kebuntingan

  • Kebuntingan atau Periode Kebuntingan : Adalah periode sejak terjadinya fertilisasi (pertemuan sel Spermatozoa dan sel telur /ovum) sampai kelahiran.
  • Kebuntingan memiliki fase kebuntingan yaitu :
  • Fase telur (Zigot) : yaitu fase kebuntingan sejak saat terjadinya fertilisasi (pembuahan) yang dilanjutkan dengan fase pembelahan sel
  • Fase Embrio (Mudigah) : Pembentukan organ tubuh (12-45 hari)
  • Fase Foetus (Janin) : Perkembangan organ tubuh (46 hari s.d. Lahir)

Fase Partus (Kelahiran)

  • Lamanya periode kebuntingan adalah 275 – 285 hari (rata-rata 280 hari). Berikut ini lama bunting beberapa jenis bangsa sapi :
  • Bali : 280 hari
  • PO : 284 hari
  • Brahman : 292 hari
  • Simmental : 282 hari
  • Limousin : 278 hari
  • Friesian Holstein : 279 hari
  • Tanda-tanda umum terjadinya kebuntingan pada ternak sapi adalah birahi tidak muncul kembali pada siklus estrus berikutnya setelah perkawinan, ternak lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, dan nafsu makan agak meningkat.
  • Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan perkawinan perlu dilakukan pengamatan birahi lagi pada induk setelah 21 hari atau hari ke 18-24 dari perkawinan atau IB. Siklus (42 hari) berikutnya, kemungkinan induk telah bunting
  • Deteksi kebuntingan dapat dilakukan dengan cara Palpasi Rektal setelah 60 hari sejak dikawinkan untuk meyakinkan bahwa ternak benar-benar bunting. Pemeriksaan Palpasi Rektal dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKb) yang ditunjuk Dinas setempat

 

4. Kelahiran

  • Kelahiran adalah Proses keluarnya anak sapi dari uterus (rahim) induk setelah melewati masa kebuntingan (275 – 285 hari).
  • Proses kelahiran terdiri dari 3 stadium yaitu : stadium persiapan, stadium pengeluaran foetus, dan stadium pengeluaran placenta.
  • Stadium Persiapan : Terjadi Kontraksi otot-otot uterus, frekuensi 15 menit sekali selama 20 detik, kemudian meningkat. Hewan tidak tenang, berbaring berdiri, berjalan ke sana ke mari, mulai ada gejala rasa sakit yang sangat di daerah perut, ekor terangkat. Akhir stadium ini servik membuka penuh, hingga menjadi saluran menerus dari uterus ke vagina. Lama Fase Stadium Persiapan kelahiran adalah 2 – 6 jam.
  • Stadium Pengeluaran Foetus :
  • Kantong amnion mulai masuk ke ruang pelvis. Apabila pemeriksaan palpasi intravaginal, kantong amnion sudah berada di ruang Pelvis maka 1 – 2 jam kemudian belum terjadi kelahiran normal maka harus dilakukan pertolongan;
  • Kaki depan fetus mulai muncul merobek kantong amnion, menyembul dari vulva; Pecahnya kantong amnion memacu refleks kontraksi uterus, otot abdomen dan diafragma.
  • Kaki depan dan moncong fetus masuk ruang pelvis, fetus terdorong keluar dengan kaki depan dan moncongnya lebih dahulu (presentasi anterior).
  • Lewatnya dada fetus dalam ruang pelvis, menggencet tali pusat, meningkatkan CO2, pusat pernafasan, pernafasan dan paru-paru mulai bekerja aktif.
  • Fetus dikeluarkan sepenuhnya, tali pusat masih menempel pada pusar pedet yang baru dilahirkan.
  • Stadium Lama pengeluaran fetus 0,5 – 1 jam (Partus normal), tanpa pertolongan, Pedet dibiarkan dijilati induknya, untuk membersihkan lendir dan memacu proses pernafasan.
  • Stadium Pengeluaran Tembuni (Plasenta). Plasenta akan dikeluarkan oleh kontraksi terus menerus dari otot-otot uterus, Plasenta akan dikeluarkan dalam waktu 4 – 5 jam, Plasenta tidak keluar lebih dari 12 jam, merupakan kondisi yang tidak normal yang dikenal dengan Retensi Placenta (perlu penanganan khusus). Placenta dikeluarkan dan dicegah terjadinya infeksi uterus.

 

 

5. Pemulihan Uterus/Rahim (Involusi Uterus)

  • Involusi Uterus adalah pemulihan uterus pasca melahirkan ke ukuran normal seperti sebelum bunting. Waktu pemulihan uterus secara sempurna adalah berlangsung selama 30-45 hari.
  • Berkenaan dengan hal tersebut, maka ternak dapat dikawinkan kembali sebaiknya > 60 hari.
  • Pulihnya siklus pasca beranak sangat dipengaruhi oleh BCS, Pakan, penyakit atau peradangan alat reproduksi.



Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment