Myasis

By Admin Web 05 Okt 2018, 13:48:26 WIB

MYIASIS

(Belatungan, Koreng, Borok)

 

 

A.  Pendahuluan

Kata Myasis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “myia” yang berarti lalat. Adapun de?nisi myiasis adalah infestasi larva lalat (Diptera) ke dalam jaringan hidup manusia atau hewan vertebrata lainnya dalam periode tertentu dengan memakan jaringan inangnya termasuk cairan substansi tubuh. Masyarakat Indonesia lebih mengenal penyakit ini dengan nama belatungan sedangkan penduduk India menyebutnya sebagai peenash atau scholechiasis. Selain pada hewan, kasus myasis juga terjadi pada masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah terutama di negara tropis pada musim penghujan. Sampai saat ini, kasus myasis masih banyak dijumpai tidak hanya pada daerah kantung ternak yang dipelihara secara ekstensif (seperti di kawasan Indonesia Bagian Timur) tetapi juga pada peternakan intensif atau semi intensif termasuk pada hewan kesayangan.

 

B.  Penyebab

Penyebab myiasis di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu lalat primer (Chrysomya bezziana atau the Old World Screwworm Fly), lalat sekunder (C.megacephala, C.ru? facies, C.varipes, Hemypirellia, Sarcophaga sp) dan lalat tertier (Musca spp).

 

Gambar 1. Agen penyebab myiasis yang terdistribusi di Indonesia

 

C.  Siklus hidup

Siklus hidup lalat C.bezziana terbagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa dan lalat. Dari telur menetas menjadi larva instar I (L1) sampai dengan larva instar III (L3) memerlukan waktu enam hingga tujuh hari, selanjutnya L3 akan jatuh ke tanah dan membentuk pupa. Dalam waktu tujuh sampai delapan hari, pupa menetas menjadi lalat (imago). Setelah kawin pada umur 4 – 8 hari, lalat betina akan bertelur pada jaringan yang terluka (Gambar 2).

   Lalat betina akan meletakkan kumpulan telurnya di tepi luka pada sore hari atau menjelang petang dalam waktu 4,1 menit. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh lalat betina berkisar antara 95 sampai 245 (rata-rata 180 telur). Telur akan menetas menjadi L1 dalam waktu 12-24 jam atau sepuluh jam pada suhu 30º C, selanjutnya L1 menuju ke daerah luka yang basah.  Sehari kemudian, L1 akan berubah menjadi L2 dan mulai membuat terowongan yang lebih dalam di daerah luka tersebut dengan cara masuk ke dalam jaringan inang.

   Larva instar II akan berkembang menjadi L3, selanjutnya pada hari keempat bermigrasi keluar dari daerah luka tersebut dan jatuh ke tanah.

 Larva instar III (L3) akan membuat terowongan sepanjang dua sampai tiga sentimeter untuk menghindari sinar matahari secara langsung. Larva akan membentuk pupa dalam waktu 24 jam pada suhu 28oC. Penetasan lalat dari pupa sangat tergantung dari lingkungan. Pupa akan menetas menjadi lalat selama seminggu pada kondisi 25-30º C sedangkan pada temperatur yang lebih rendah akan lebih lama bahkan sampai berbulan-bulan.

 

D. Spesies Rentan

Semua jenis hewan yang bertulang belakang dan berdarah panas rentan terhadap penyakit myiasis. Kasus myasis banyak terjadi pada induk sapi yang diikuti oleh pedet, kerbau, kuda, babi, kambing, cempe dan domba yaitu, pada induk pasca partus (myasis vulva) dan anak yang baru lahir (myasis umblikus), sedangkan sisanya sebagai akibat luka traumatika.

 

E. Cara Penularan

Penularan penyakit myiasis melalui lalat betina C.bezziana yang menginfestasi jaringan hidup.

  

F. Gejala Klinis

Infestasi larva myasis tidak menimbulkan gejala klinis yang spesi?k dan sangat bervariasi tergantung pada lokasi luka. Gejala klinis pada hewan demam, radang, peningkatan suhu tubuh, kurang nafsu makan, tidak tenang sehingga mengakibatkan ternak mengalami penurunan berat badan dan produksi susu, kerusakan jaringan. Apabila tidak diobati, myasis dapat menyebabkan kematian ternak sebagai akibat keracunan kronis ammonia.

 

 

G. Pengobatan

  • Pada peternakan komersial, umumnya dilakukan dipping (perendaman) menggunakan obat
  • Ternak yang menderita myiasis harus diobati hingga tuntas sebelum dijual atau dimasukkan ke wilayah yang lain untuk mencegah penyebaran lalat semakin luas.

 

  • Untuk mengendalikan populasi lalat myiasis di daerah endemik myiasis, perlu dilakukan pemasangan perangkap lalat.
  • Metode pengendalian dan pemberantasan lalat myiasis dapat dilakukan dengan cara membuat lalat jantan mandul (Sterile Insect Technique).