Distemper Anjing

By Admin Web 05 Okt 2018, 14:30:55 WIB

Distemper Anjing

 

Distemper anjing atau canine distemper merupakan penyakit yang sangat menular pada anjing, ditandai dengan kenaikan suhu tubuh yang bersifat fase – dua (biphasic), lekopenia, radang saluran pencernaan makanan dan pernafasan, dan sering diikuti oleh komplikasi gangguan syaraf pusat. Banyak penderita yang sembuh selama beberapa bulan atau tahun, memperlihatkan gejala syarafi, berupa gerak atau kejang otot perifer yang tak terkontrol (tick atau chorea).

 

  1. Penyebab

Distemper anjing disebabkan oleh virus RNA Paramyxo-virus, yang berukuran 150 – 300 nm.  Virus menyebabkan terjadinya fusi dari sel, dan menyebabkan terbentuknya benda inklusi di dalam sitoplasma yang bersifat eosinofilik. Semua bangsa dan umur anjing secara universal dapat menderita distemper. Yang terbanyak ditemukan pada anjing berumur sampai 1 tahun. Virus menyebar secara aerogen atau kontak dengan obyek yang tercemar virus. Selain anjing, anggota familia Canidae lainnya (misalnya serigala, dingo dan rubah), Mustelidae (mink, ferret dan skunk), Procyonidae (raccoon) dan Viveridae (binturong) juga dapat menderita distemper dengan gejala klinis yang kurang jelas.

 

 

 

 

 

 

  1. Gejala-gejala

Masa inkubasi distemper 6 – 8 hari, dengan gejala samar-samar dan baru jelas setelah 2 – 3 minggu.  Kenaikan suhu tubuh terjadi pada hari 1 – 3, diikuti penurunan selama beberapa hari, kemudian naik lagi selama 1 minggu atau lebih.  Saat awal kejadian segera diikuti dengan lekopenia dan limfopenia.  Selanjutnya terjadi netrofilia yang berlangsung beberapa minggu.

Gangguan respirasi segera diikuti dengan pengeluaran leleran hidung kental, mukopurulen, dan leleran air mata yang meningkat (epifora) yang lama-lama juga bersifat mukopurulen pada sudat medial (canthus medialis) mata.  Panderita tampak lesu, depresi, batuk-batuk, anoreksia dan mungkin juga disertai diare dengan tinja yang berbau busuk.  Telapak kaki jadi keras karena kurangya cairan, dan oleh keadaan tersebut Distemper disebut juga sebagai Hardpad Disease.

Pada anak anjing penyakit distemper banyak yang disertai diare. Anjing yang terserang menghasil bau yang khas. Gejala dehidrasi sangat menonjol, dan mungkin penderita mengalami kematian dan gagal ginjal, sebagai akibat dehidrasi yang sangat.

Gejala syaraf bagi yang sembuh berupa 1) tick atau chorea, kejang klonik teratur dari sekelompok otot kak, muka, dada atau bagian tubuh lainnya. 2) paresis atau paralisis yang dimulai dari tubuh bagian belakang.  Kalau berjalan terlihat adanya inkoordinasi kaki-kaki dan ataksia. 3) gerak mengunyah yang makin lama makin sering, dan diikuti oleh hipersalivasi.  Kalau penderita tidak mampu bangun, ia memperlihatkan gerakan mengayuh, berputar ke satu arah, kanan atau kiri, atau mencoba bangun. Gejala syarafi berlangsung beberapa minggu atau bulan.  Penderita tidak mampu mengontrol mikturisi (pengeluaran kemih). Pada stadium terminal, moribund, terlihat adanya kejang, atau tanpa kejang dengan bola mata mengalami nystagmus.

 

  1. Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada gejala klinis yang ditemukan. Apabila anak anjing demam perlu dicurigai apakan ia dilahirkan dari induk yang tidak divaksin, atau anak anjing tersebut belum pernak divaksin distemper.

 

  1. Prognosis

Pada infeksi ringan, terutama pada anjing yang telah divaksin, prognosisnya baik, sedang lainnya meragukan sampai infausta.

 

  1. Pencegahan
  • Dilakukan vaksinasi baik dengan vaksin monovalen, maupun polivalen, gabungan dengan imunogen agen lain, misalnya parvovirus, adenovirus dan lain-lain.
  • Anjing piaraan sendiri sebaiknya disuntik vaksin pada umur 6 – 8 minggu, dan diulang pada umur 12 minggu.  Apabila sebelum dikawinkan, induk telah divaksin terhadap distemper, anak anjing yang dilahirkannya sebaiknya, kecuali dalam keadaan khusus, disuntik pada umur sedikitnya 8 minggu.